Merencanakan rute petualangan

Kalau ada orang yang saya pandang sebagai guru utama saya dalam soal jalur dan peta tentu orangnya adalah Kang Dani. Pengenalannya pada rute, waktu tempuh dan detail perjalanan telah dimulai jauh sedari sekolah menengah. Apalagi kemudian suratan takdir membawanya kuliah dan menekuni pekerjaan di bidang geologi. Kemampuannya dalam hal yang berhubungan dengan peta dan perjalanan menjadi lebih baik lagi. Sedangkan saya pengenalan saya terhadap peta dan semacamnya tak lebih hanya untuk lulus dari mata kuliah ilmu ukur tanah dan perancangan jalan jembatan.

Tersesat adalah hal yang menyebalkan. Memilih rute yang salah membuatnya lebih kacau.

Dalam perjalanan kami ke Toraja, kami terpisah dalam jarak sekitar satu kilometer. Lepas Kota Makale hujan mulai reda dan jalan becek oleh tanah dan lumpur. Sebuah pertigaan di depan mata dan saya mulai bingung memilih jalan ke kiri ataukah ke kanan. Samar-samar saya melihat tanda petunjuk yang sedikit membingungkan. Sambil berjalan saya mencoba mengambil kesimpulan: ke arah kiri. Kang Dani yang lewat setelah saya ternyata memiliki kesimpulan yang berbeda. Dia mengambil jalan yang sebelah kanan.

Kadang kala tersesat membawa kita ke petualangan baru. Melewati tempat yang belum pernah di jelajahi sebelumnya. Tapi tersesat diantara hujan deras, gelap malam dan tubuh mengigil kedinginan bukanlah sebuah hal yang menyenangkan. Alih-alih menikmati, rasa sebal yang muncul dihati. Walaupun pada akhirnya jalan tersebut membawa kami bertemu kembali di titik yang sama, namun insiden salah belok telah membuat perjalanan menjadi jauh lebih panjang dan mempengaruhi stamina yang dibutuhkan lagi keesokan harinya.

Sebuah perjalanan petualangan yang biasanya minim support butuh sebuah perencanaan yang matang. Jika sesuatu hal terjadi, maka kita dituntut untuk dapat menyelesaikan kendala tersebut dengan sumber daya terbatas yang kita miliki.

Bagaimana mengatur sebuah perjalanan seorang diri pernah saya tuliskan dalam tulisan ini : Seni bertualang sendiri

Salah rencana bisa berakibat merembet ke banyak hal. Bahkan jika fatal bisa membuat perjalanan langsung bubar jalan. Lebih ekstrim lagi jika menyangkut soal keselamatan. Sehingga untuk meminimalkan resiko maka perlu diadakan feasibility study terkait hal-hal yang berkenaan dalam perjalanan. Hal ini perlu dilatih dan dibiasakan karena untuk mencapai perjalanan yang jauh dan panjang, perlu untuk dibiasakan dalam perjalanan-perjalanan pendek dulu.

Buat apa capek-capek bikin rencana perjalanan? Itu kan mengurangi nikmatnya sensasi perjalanan.

Tentu saja perlu. Siapa yang mau bersungut-sungut dalam perjalanan karena semua hal kacau. Perencanaan perjalanan memiliki beberapa aspek. Posting ini akan membahas mengenai  bagaimana membuat rute atau jalur untuk sebuah perjalanan bersepeda.

Setelah menentukan destinasi yang akan dicapai maka perlu untuk membuat jalur atau rute menuju ke destinasi tersebut. Kenapa hal semacam itu di perlukan?

Menentukan jenis sepeda yang akan di gunakan

Membawa sepeda ke pesawat adalah sebuah tantangan tersendiri. Bagian-bagian sepeda cukup rentan terbentur dan rawan rusak bila dijejalkan dalam banyak barang didalam bagasi pesawat. Maskapai punya aturan khusus agar alat-alat olahraga di tempatkan dalam “Security Box”. Secara umum berdasarkan rute ada dua type perjalanan :

Pertama, rute berputar atau looping. Dalam rute ini, titik start dan finish akan berada pada titik yang sama, sehingga jika kita membawa security box atau tas sepeda maka tas sepeda tersebut bisa dititipkan. Hal ini penting mengingat tas sepeda biasanya bentuknya besar dan memakan ruang yang cukup banyak. Jika memaksakan membawa tas sepeda maka tentunya akan membawa kerepotan sendiri. Untuk rute berputar atau looping, semua jenis sepeda rasanya memungkinkan untuk digunakan.

Kedua, Rute kontinuitas. Dalam rute ini perjalanan akan terus berlanjut dari titik satu ke titik yang lain. Start dan finish bukan pada titik yang sama. Malah kemungkinan akan sangat berjauhan. Dengan sedikit kerepotan sebenarnya hal ini bisa diatasi. Bisa setelah sampai pada titik start kita langsung mengirimkan security box langsung pada titik akhir. Kalau kita kebetulan memiliki kendaraan support, tas sepeda bisa dibawa oleh kendaraan tersebut. Namun jika tidak kedua-duanya, maka saya menyarankan untuk menggunakan jenis sepeda lipat yang dimensinya dapat “diperkecil”.

Cerita mengenai perjalanan bersepeda melintas pulau dengan sepeda lipat bisa dibaca di sini : Bikepacker itu kere(n)

Mengukur perkiraan waktu tempuh

Berapa kilometer yang bisa ditempuh dengan menggunakan sepeda dalam sehari? Tentunya dapat diperkirakan dengan memperhitungkan jarak dan kondisi medan. Setelah mengukur jarak dengan memperhatikan faktor diatas maka bisa diperkirakan waktu tempuh dan dimana nantinya kita akan menginap. Jangan sampai di saat gelap kita masih berada di tengah hutan belantara yang dari sisi keamanan sangat sulit diukur. Dengan mengulur waktu tempuh, kita bisa memperkirakan apakah akan menginap di rumah penduduk atau di penginapan/hotel ataukah akan mendirikan tenda. Tentunya setiap tempat menginap membutuhkan treatment yang berbeda-beda juga.

Mengukur tingkat kesulitan rute

Banyak hal yang mempengaruhi tingkat kesulitan rute. Rute jalan yang melewati jalan yang bagus ataukah kebanyakna jalan rusak akan mempengaruhi lamanya waktu tempuh. Begitu juga kontur atau raut rupa bumi yang akan dilewati. Apakah kita akan melewati banyak bukit ataukah kita akan melewati lembah ataukah gabungan keduanya. Apakah kita akan melewati sungai yang memiliki jembatan ataukah kita harus memutar jalan lain karena arus sungai tidak bisa dilewati karena dalam atau arusnya deras.

Menentukan spot photo-photo

Gambar yang indah membuat kita bisa mengenang sebuah perjalanan dengan senyum. Apalagi kalo di upload di media social dan memperoleh perhatian banyak orang. Namun beberapa orang membuat juga foto perjalanan untuk dirinya sendiri sebagai pelengkap cerita. Dengan membuat rute perjalanan yang baik kita bisa merencanakan di dititik-titik mana kita akan singgah berfoto. Seiring berjalannya waktu kita akan bisa “menebak” spot foto yang bagus dengan memperhatikan kontur petanya.

Jadi bagaimana caranya membuat rute perjalanan?

Ada banyak sekali perangkat lunak atau aplikasi yang bisa digunakan untuk membuat rute. Salah satu aplikasi favorit yang sering saya gunakan adalah STRAVA. Fitur membuat rute di strava cukup lengkap. Informasi penting yang diperoleh cukup lengkap meliputi : Kontur rute, jarak rute, elevasi / ketinggian dan bisa di sharing dengan teman seperjalanan.

contoh desain rute yang dibuat
contoh desain rute yang dibuat

Untuk melihat foto-foto yang ada disepanjang jalur biasanya saya menggunakan google earth dimana salah satu fiturnya adalah panoramio. Foto-foto di panoramio cukup lengkap sehingga kita bisa membuat sebuah perencanaan rute dengan lebih baik.

Dengan membuat perencaaan yang baik maka kemungkinan besar perjalanan akan lebih menyenangkan dan meminimalkan resiko yang mungkin timbul.

13 Comments - Add Comment

Reply

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.