Baru kali ini saya melihat uap keluar dari pori-pori tubuh. Berlari dalam udara dingin dalam kondisi untuk memandang kedepan saja jaraknya terbatas. Disatu sisi saya berusaha berdamai dengan rasa sakit yang menusuk-nusuk kedua kaki. Sedikit banyaknya saya memang pantas mendapatkannya, tidak ada waktu yang cukup untuk latihan. Namun bagaimanapun, keberuntungan sampai saat ini masih berpihak. Setelah melewati perjalanan sepeda sepanjang 340 km dari Makassar menuju Toraja. Dua belas jam kemudian saya bersama puluhan orang berjuang bersama menyelesaikan lomba lari lintas alam dikategori 27 km. Dua orang teman satu tim saya, Kang Dani dan Om Robert sudah melesat jauh bersama rombongan terdepan. Diatas Lolai – Toraja Utara saya berhenti sejenak. Menyaksikan pemandangan yang tidak setiap hari saya lihat. Negeri diatas awan.
Toraja adalah salah satu magnet yang paling kuat mendatangkan wisatawan di jazirah Sulawesi bagian selatan. Alamnya indah didominasi oleh pegunungan,setiap tahun selalu saja ada atraksi alam baru yang diperkenalkan. Atraksi budayanya memancing minat ribuan wisatawan baik dari dalam dan luar negeri. Tahun ini diperkirakan jumlah wisatawan yang berkunjung mencapai 180 ribu. Untuk pergi ke Toraja terdapat dua cara. Cara yang pertama adalah dengan menggunakan pesawat. Perjalanan menggunakan pesawat ditempuh dengan waktu sekitar 45 menit. Pesawat akan mendarat di Bandar Udara Pongtiku di Rantetayo. Cara kedua dan paling banyak ditempuh orang adalah dengan perjalanan darat. Menurut saya, perjalanan darat akan lebih menyenangkan bila ditempuh siang hari. Ada banyak hal yang bisa nikmati mulai dari pemandangan laut dari Pangkep sampai ke Pare-Pare sampai suguhan keindahan alam pegunungan sepanjang Enrekang sampai ke Toraja.
Mendung membayangi Kota Makassar. Hujan akan turun menghapus kemarau yang telah beberapa bulan singgah. Aroma kopi arabika tercium harum dari gelas-gelas kopi dihadapan kami. Saya bersama Kang Dani asik berbincang di sebuah Kedai kopi. Kang Dani adalah pria berumur 40 namun wajahnya jauh lebih muda dari usianya. Saya rasa hobbynya olahraga terutama berenang, sepeda dan lari membuatnya jauh terlihat lebih segar. Kami punya group latihan bersama bernama 3MACZ. Karena kami bertetangga maka seringnya kami bertemu di warung kopi dekat rumah saja.
Kalau sudah di warung kopi, perbincangan bisa melebar kemana-mana. Ada- ada saja. Mulai dari teknologi sampai gosip-gosip yang sedang hangat. Topik pembicaraan yang paling sering tentu saja seputar soal renang, lari dan sepeda.
“Bulan depan akan ada lomba di Toraja,Trail Run, namanya Toraja Ultra Scenic Run” Sahut Kang Dani lalu menyeruput kopi. “Saya sudah pernah buat catatan rencana perjalanan, sepertinya menarik jika kita bisa bersepeda ke Toraja” Katanya sambil memperlihatkan berkas catatan dari gawainya yang berwarna merah muda.
Saya membaca catatan tersebut sambil menimbang-nimbang kesanggupan apakah bisa melewati rute yang direncanakan.Sebuah perjalanan dengan rute 340 kilometer dengan sepeda. Dilanjutkan dengan perlombaan lari lintas alam sepanjang 27 km. Bulan lalu saya pernah melakukan perjalanan sepeda sendiri sejauh 180 Kilometer pada rute itu. Itu sudah setengahnya. Untuk perjalanan sepeda, saya cukup percaya diri. Tinggal soal lari dan itu pekerjaan rumah yang paling berat menurut saya. Lari Trail atau lari lintas alam punya tingkat kesulitan yang lebih banyak dibanding dengan berlari di jalan raya. Sementara porsi latihan lari di bulan-bulan terakhir ini sangat sedikit.
Sejurus kemudian saya tersenyum dan berkata “ Ayo, mari kita laksanakan. Tapi sebaiknya kita mengajak juga teman-teman yang lain”. Ajakan ini kemudian kami sebar di group chat. Gayung bersambut. Ada dua respon positif. Om Robert menyanggupi akan ikut. Om Arie juga akan ikut namun belum bisa memastikan.
Titik air hujan perlahan turun membasahi permukaan tanah yang berdebu. Airnya akan menyerap turun ke tanah dan menumbuhkan tanaman-tanaman baru. Seperti halnya semangat dan keyakinan yang coba saya tumbuhkan didalam dada. Sebuah kebetulan yang sempurna jika gelas-gelas kopi ini mengiring kami menuju tempat dimana bijinya ditanam.
Selanjutnya tulisan kedua: Catatan dari Toraja. Ketika ragu datang menyapa
#Tulisan pertama dari empat tulisan perjalanan Tour de Toraja
Senang bisa baca tulisan ini
Terima kasih sudah berkunjung
Deh, Om Adda toh bikin muncul perasaan menyesal dan iri sekaligus.. Mau ta juga kayak Om Adda pi ke mana-mana bersepeda.. Apa daya, lingkar perut dan nafas susah baku atur.
Lingkar perut dan napas bisaji di atur. tinggal niat saja
sukaku sama ceritata kak, rasanya mau cepat cepat jalan jalan ke toraja deh. Doain indah bisa ke toraja juga dalam waktu dekat yah kak
Amin Kak. Semoga segera bisa berkunjung ke sana
Saya pertama kali ke Toraja waktu masih balita, sejak.itu gak pernah ke sana lagi. Pengen deh tapi gak kuat perjalanan darat yang lama…
Bisa mi naik pesawat kak
Wah… tulisannya bersambung ya. Penasaran dengan cerita selanjutnya ttg Toraja. Apa balik.Makassar naik sepeda lagi gk ya? Ditunggu lanjutannya.
Siap Kak. Lagi menyiapkan fikiran dan kesempatan dulu
kak Adda group latihanta apa bisa untuk umum ya?
suamiku juga lagi doyan bersepeda nih tapi komunitas kantor nya sudah kurang aktf lagi
dan dia mau kodong kalau hari apa gitu rutin bersepeda. ajakki hueheheheheh
Sebenarnya Group Latihanku itupi benar-benar ngumpul kalo menjelang ada event pi. Kalo hari-hari biasa biasanya gabung dengan komunitas lain
Kagumku dengan view negeri di awan itu. Beberapa kali ke Tatir blum pernah sempat kesana karena belum pi ada destinasi itu. Malah keduluan Bromo deh. Mauka lagi ke Tator deh khusus untuk negeri di awannya.
Ke sana miki Kak… Cantik dan alami
Cerita yang luar biasa, perjalanan yang menginspirasi. Pengen juga travelling seperti ini, minimal skala kecil dulu lah, Sulawesi Barat atau Sulawesi Selatan.
Saya yakin kita bisa. Di mulai saja dulu
Ya Allah, tak bisa kubayangkan jika diri ini yang mau naik sepeda dari Makassar ke Toraja. Naik apa aja mikir apalagi naik sepeda. Mantapp banget kak adda ?
Jangan mi kita bayangkan Kak. Pasti bisaki juga,
Entah kapan saya bisa ke Toraja, padahal dekatnya mamo dari Enrekang kampungku ? semoga suatu saat bisa terwujud ke sana.. Aamiin
wih dekatnya mi Kak.. Sudah berbatasan mi
Naik mobil sajanke toroja biasa sakit-sakit belakang.. Apalagi ini menempuh jarak jauh dengan naik sepeda.. Luar biasa memang Daeng Adda.. Jadi salut deh, terkahir ke toraja itu tahun 2017..mudah-mudahan tahun ini bisa ke sana lagi..
Semoga segera bisa kembali ke sana dan menikmati petualangan yang seru
Pemasaran seperti apa wajahnya kang dani. Awet mudaki itu kak di? Saya juga mau olahraga kalo begitu. Btw, selamat kak nah sudah sampe ke toraja naik sepeda. Deh prestasi banget itu kurasa.
Yoi awet muda Kak.. Mirip mirip Oppa Korea lah hahahaha
Selalu takjub dengan rute sepedaab kak Adda, apalagi kalau baca cerita-cerita pasti menyenangkan antara iri dan hasad, haha…
Hahaha…. Iri dan hasad lalo….. Kenapa bukan sekalian Riya’ hahahaha
Kalau ke Toraja saya selalu pilih berangkat malam dan sampai subuh di sana ?. Perjalanan yang panjang jadi tidak terasa, padahal di perjalanan itu banyak hal seru dan pemandangan indah bisa didapat juga di. Hmmmm….
Salut deh sama semangatnya bersepeda dan lari ? Salut yang berbumbu iri ? hehehe
Sesekali cobalah berangkat siang kak. Biar menikmati pemandangan yang indah itu
Deh jalan lurus saja KU Tak sanggup bersepeda sejauh 300an km, apalagi rutenya di Toraja wkwkwkkww lambaikan bendera putih duluan ma
Bersepeda itu berat. Biar aku saja. Kamu mungkin tak sanggup. Dilon